“Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah ketimbang mukmin yang lemah dan (kuat) di dalam setiap hal adalah baik. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang dapat member manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, janganlah kamu lemah…..” (Riwayat Muslim)
Itulah gambaran yang mewakili seorang figure Muslim kuat dalam segala aspek. Pribadi unggulan yang senantiasa dibutuhkan untuk mengokohkan sendi-sendi agama nan mulia guna mencapai kejayaan.
Memang sejatinyalah kekuatan secara umum selalu menjadi elemen dasar dan modal yang menjadi motor penggerak. Baik berupa kekuatan jiwa, harta, tahta, cita-cita, cara pandang dan lainnya.
Karenanya, kekuatan seorang mukmin mutlak diperlukan guna mencapai kehidupan yang hakiki. Tentunya, kuat disini tak sebatas pada materi belaka namun yang lebih terpenting adalah kekuatan yang meliputi aspek;
Kukuh Aqidah
Pribadi kokoh akan selalu mengambil petunjuk ilahi, tahu cita-cita hidup sekaligus menjadi manusia-manusia sejati yang sempurna dalam kemanusiaannya serta mampu menjalankan misinya dalam kehidupan. Pribadi-pribadi kukuh yang mampu merealisasikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56)
Pribadi inilah yang secara nyata menghambakan diri hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya. Tidak mengotori kemurnian keislamannya dengan noda syirik, baik dalam ibadah maupun keyakinan dan selalu berorientasi kepada hak-hak Tuhannya.
Sosok semacam inilah yang merupakan cerminan sabda Nabi Shallallohu ‘alaihi wa Sallam,
“Tahukah kamu apakah hak Allah atas hamba-Nya dan apakah hak hamba atas Allah? Selanjutnya Nabi bersabda, ‘Hak Allah yang harus ditunaikan hamba-Nya adalah mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sedangkan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun.” (Riwayat Al-Bukhari)
Karenanya, tidak ada jalan lain untuk membentengi diri kita dengan aqidah suci kecuali hanya dengan belajar ilmu syar’i. Hingga menjadikan diri kita mengetahui hakekat tujuan dan muara hidup ini. Maka pribadi yang demikian menjadi figure kuat lagi terpilih.
Terwarna Sibghah Ilahi
Model mukmin kuat berikutnya adalah generasi yang tersibghah (terwarna) dengan Islam. Karena hanya memang Islamlah satu-satunya agama yang dapat mewarnai manusia dengan corak yang khas; baik dalam segi aqidah, pemikiran, wawasan, perasaan, cita-cita, semangat, tujuan, perilaku dan aktifitasnya. Itulah sibghah Ilahi dan tiada seorang pun yang lebih baik dari mereka yang tersibghah dengan celupan ini,
“Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah.” (Al-Baqarah: 138)
Maka muslim kuat senantiasa tercelup dengan warna Islam sehingga ia hadir dalam perwujudan sosok dengan karakteristik tersendiri yang akan muncul dala segala aspek, layaknya pewarnaan yang tampak pada sebuah pakaian.
Sebagaimana penuuturan Al Qurthubi yang mengomentari ayat di atas, “Penyebutan agama ini sebagai shibghah merupakan kiasan, karena amalan dan karakter agama ini akan terlihat pada diri orang yang berpegang padanya, sebagaimana pengaruh pewarnaan yang nampak pada pakaian.” (Tafsir Al Qurthubi 2/144)
Karenanya, kita mesti mengarahkan pandangan kepada Islam untuk menggali aqidah dan konsepsi diri kita darinya, mengguratkan tujuan dan cita-cita kita di bawah cahaya ajaran-ajarannya, serta meluruskan perilaku-perilaku, amalan-amalan kita dengan mengikuti petunjuknya.
Sebagai konsekuensinya, kita harus mencampakkan hawa nafsu ketika mengamalkan Islam dan mendidik dengan Islam.
Karenanya, satu-satunya jalan agar kita dapat mewarnai diri kita dengan celupan Islam adalah dengan mempelajari Islam secara kaffah (totalitas) dengan merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah (Hadits) yang dilandasi dengan pemahaman para sahabat dan para imam yang mendapatkan petunjuk.
Memiliki Bashirah
Modal yang menjadi ciri Muslim kuat adalah memiliki bashirah (pandangan tajam). Ketajaman pandangan terbentuk dengan cahaya petunjuk-Nya. Tentunya, dengan cahaya ini hati Muslim senantiasa hidup sehingga mampu menempuh visi dan tujuan hidup yang gambling. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami (Al Qur’an). Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy-Syura: 52)
Wahyu disini diserupakan dengan ruh yang dapat menghidupkan hati yang mati dan cahaya yang menyingkap kegelapan yang berbentuk kebodohan, filsafat-filsafat, metodologi-metodologi, madzhab, dan cara beragama yang menyimpang. Tak ada jalan lain untuk keluar dari kegelapan ini kecuali benar-benar mengambil cahaya-Nya,
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257)
Itulah hal-hal yang menjadi karakteristik serta upaya untuk menjadi seorang Muslim kuat. Tentunya masih ada beberapa hal yang menjadi cirri khas Muslim kuat seperti: konsisten terhadap kebenaran, memiliki pribadi pejuang, mantap dalam menjalankan kebenaran, punya izzah (kemuliaan) di hadapan teman dan lawan. Yang pasti Muslim unggulan selalu diidamkan dan menjadi ujung tombak perjuangan dalam menegakkan kebenaran. Siapkah kita jadi pribadi idaman? (abuA)
[Disalin dari majalah elFata edisi 01 volume 7 tahun 2007 ]
0 komentar:
Posting Komentar