COBA

Jumat, 21 Oktober 2011

Bi'ah Islami Menuju Pribadi Unggulan

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Allahuma baariklana fi Rajaba wa Sya'ban wa balighnaa Ramadhan
“... Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan...”
Alhamdulillah dlm nuansa penuh keberkahan ini, jiwa-jiwa yg haus cinta dan kasih sayang_Nya kembali dpt bersua dlm ikatan hati yg penuh kekeluargaan dan persahabatan di liqo’ pekanan.…
Tiada terasa aroma wewangian Ramadhan kian harum tercium oleh hati yang dahaga dan jiwa yg rindu akan segala keutamaannya. Tepat Jum’at hari ini kita memasuki Bulan Rajab, Bulan yang penuh keutamaan pula…
Ohh, Robbi… hamba rindu dengan syahrur Ramadhan…
Ikhwati fillah, Saudaraku yg dimuliakan Allah, liqo’ tadi malam (3 Juli 2008) dilaksanakan di Wisma Pabuaran Asri di Pabuaran dan dimulai sekitar jam 20.00-an,
Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :
· Ari Susanto
· Slamet Turseno
· Iman Sadesmesli
· Erfan Dany
· Muh. Nurman
· Bisma
· Isa
Akhunal kiroom, akhi Iwan masih blm bisa hadir. karena sedang tugas lapangan, Sahabat sekalian, kita berdo’a semoga Allah istiqomahkan kita dlm memperbaiki diri… Mas Tommy…? Kemana atuh, gak kasih kabar berita? Temen2 sangat cemas loh…!
Untuk liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Muh Nurman…
Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…
Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …
Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid.
Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Ari Sutanto,
Beliau menyampaikan masih di Bab Sifat Wudlu Nabi SAW yg termaktub dlm Kitab Bulughul Maarom karya Syaikh Ibnu Hajar Al Asqolany…Yakni berkaitan sunnahnya mencuci tangan setelah bangun tidur sebelum mengambil air wudlu… untuk membersihkan tangan dari apa-apa yg dipegang selama kita tidur…
Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni KULTUM. Pada mlm hari ini, kultum disampaikan oleh akhi Slamet Turseno. Tema yg diambil melanjutkan pembahasan yg disampaikan akhi Erfan yakni Point ke 2 : Bi’ah Sholihah (Lingkungan yg Islami)

Bi'ah Islami

Dakwah memiliki tujuan yaitu ingin menghasilkan manusia-manusia yang berafiliasi kepada Islam. Untuk mencapai tujuan utama ini, ada beberapa sasaran yang harus dicapai oleh pelaksana dakwah. Salah satu sasaran tersebut adalah terbentuknya bi’ah (lingkungan) yang kondusif bagi kehidupan Islami di manapun manusia tinggal, baik dalam sisi moral, intelektual, maupun tanggung jawab sosial.
Mengapa kita memerlukan bi'ah Islami?
Bi'ah Islami adalah sebuah model lingkungan yang baik (Islami), yang pola pergaulan dan hubungan antar manusia sedemikian rupa Islami. Lingkungan Islami ini merupakan bagian dari proses pembentukan pribadi muslim sejati. Dengan bi'ah Islami maka akan dihasilkan dari dalamnya pribadi muslim kaafah, da'i, dan murobbi yang siap untuk terjun. Karena dirinya telah dibina, dipisahkannya unsur-unsur jahiliyah dan unsur kebaikan, dengan daya dukung lingkungan (bi'ah) Islami.
Tahapan membentuk bi’ah Islami
1. Pribadi Muslim yang Muttaqin dan Mu’minin
2. Rumah Tangga yang SAMARA (Sakinah, Mawadah wa Rahmah)
3. Masyarakat yang rindu tegaknya syari’at Allah
4. Pemerintahan yang tegas dan berkomitmen menerapkan hukum Allah
Agenda berikutnya yakni Infak Majelis, secara sukarela utk melatih rasa simpati dan empati… Tentunya dimaksudkan agar kita menjadi orang2 yg mudah memberikan pertolongan bagi yg membutuhkan… Dana infak dipegang oleh bendahara infak, akhi Iman S.
Meniti acara inti yakni materi utama yg utk kali ini akan disampaikan oleh Ustadz Enjang Faridh, yg menggantikan sementara Ust. Dr. Ing Khafid… Ustadz Farid menyampaikan materi tentang kepribadian seorang muslim sejati…
Al-Qur’an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. 
Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. 
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. 
Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).
Syukron Ustadz, atas taujihnya semoga kita bisa mengambil manfaatnya Amin…
Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta….
Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.
Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Rumah Mas Tommy Kampung Kandang
Petugas…Moderator : Akhi Slamet Turseno
Pembaca Kitab Hadits : Akhi Iman S
Kultum : Akhi M. Nurman
Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter bang_mamet melaporkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

0 comments:


0 komentar:

Posting Komentar

WELCOME IN MY BLOG

WELCOME IN MY BLOG

musik

Pengikut