Menjadi pribadi yang unggul, berintegritas dan berkredibilitas tinggi adalah sesuatu yang menjadi dambaan setiap orang. Namun sepertinya hal ini hanya menjadi impian bagi kita, bangsa Indonesia. Apalagi Indonesia ini jelas, memiliki penduduk mayoritas Muslim dan telah digariskan oleh Allah sebagai umat terbaik dari seluruh manusia (QS Ali-Imran 110). Tulisan ini bukan ditujukan untuk sombong dan arahnya kita menjadi semakin angkuh dengan predikat yang telah diberikan Allah tadi, semenjak kita belum lahir. Namun dengan tulisan ini, diharapkan kita sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim terpacu sebagaimana tuntunan kita ,Allah dan RasulNya sudah memerintahkan dan mencontohkan bagaimana menjadi manusia yang unggul.
Bayangkan saja, bangsa kita ini dimata dunia adalah bangsa yang bodoh, kumuh, miskin dan yang pasti tidak memiliki budaya kedisiplinan sama sekali. Susah sekali untuk menampik stigma negatif ini karena memang itulah bangsa kita, termarginalkan, gak diperhitungkan bahkan sebagian masyarakat dunia tidak tau dimana letak bangsa kita. Sebenarnya sangat menyedihkan, dimana seharusnya dengan masyarakat mayoritas Muslim yang dalam ajaran agamanya selalu mengharuskan kita menjadi pribadi unggul, kita jauh dari hal itu.
Tidak seharusnya kita menjadi sosok yang hanya pintar misalnya mengaji saja tapi dalam kehidupan lainnya kita tidak sukses. Kita menjadi sosok yang sangat religius tapi dalam banyak hal tertinggal. Rasul dan para sahabatnya sesungguhnya bukanlah sosok yang seperti itu. Lihat berapa mahar Rasul ketika menikahi Khadijah RA, 20 ekor unta terbaik (jika dikalkulasikan sekarang sekitar Rp 200 juta lebih) pada umur 25 tahun. Belum lagi sahabat-sahabat seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dll dimana mereka adalah pengusaha-pengusaha sukses. Ilmuwan-ilmuwan besar pun dulunya dimiliki oleh Islam, mulai Ibnu Sina, Al-Jabbar, Ibnu Khaldun, dll. Tak kalah bangsa kita Indonesia juga punya Hatta, Syahrir, M Natsir, yang semuanya adalah umat Muslim sebagaimana kita sekarang.
Permasalahan kita sebenarnya hanya 2, jika kita simpulkan dari berbagai kemunduran ini. Yang pertama adalah, bangsa ini malas. Yah benar sekali, kemalasan menjadi pangkal kemerosotan dalam semua aspek saat ini. Bagaimana kita menjadi pribadi unggul, jika kita malas. Kredibilitas, integritas dan komitmen dibangun atas dasar ketekunan dan kinerja yang tidak malas-malasan. Anak sekolahnya malas sekolah, yang bekerja juga malas bekerja hingga korupsi waktu dan demikian juga orang tua, malas untuk berbuat lebih dalam mendidik generasi penerusnya. Akhirnya karena kita malas, seringkali kita tampil di depan umum, di depan khalayak ramai, dengan penampilan seadanya. Imbasnya di mata dunia pun kita menjadi bangsa yang seadanya, pelengkap penderitaan saja.
Bayangkan saja, bangsa kita ini dimata dunia adalah bangsa yang bodoh, kumuh, miskin dan yang pasti tidak memiliki budaya kedisiplinan sama sekali. Susah sekali untuk menampik stigma negatif ini karena memang itulah bangsa kita, termarginalkan, gak diperhitungkan bahkan sebagian masyarakat dunia tidak tau dimana letak bangsa kita. Sebenarnya sangat menyedihkan, dimana seharusnya dengan masyarakat mayoritas Muslim yang dalam ajaran agamanya selalu mengharuskan kita menjadi pribadi unggul, kita jauh dari hal itu.
Tidak seharusnya kita menjadi sosok yang hanya pintar misalnya mengaji saja tapi dalam kehidupan lainnya kita tidak sukses. Kita menjadi sosok yang sangat religius tapi dalam banyak hal tertinggal. Rasul dan para sahabatnya sesungguhnya bukanlah sosok yang seperti itu. Lihat berapa mahar Rasul ketika menikahi Khadijah RA, 20 ekor unta terbaik (jika dikalkulasikan sekarang sekitar Rp 200 juta lebih) pada umur 25 tahun. Belum lagi sahabat-sahabat seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dll dimana mereka adalah pengusaha-pengusaha sukses. Ilmuwan-ilmuwan besar pun dulunya dimiliki oleh Islam, mulai Ibnu Sina, Al-Jabbar, Ibnu Khaldun, dll. Tak kalah bangsa kita Indonesia juga punya Hatta, Syahrir, M Natsir, yang semuanya adalah umat Muslim sebagaimana kita sekarang.
Permasalahan kita sebenarnya hanya 2, jika kita simpulkan dari berbagai kemunduran ini. Yang pertama adalah, bangsa ini malas. Yah benar sekali, kemalasan menjadi pangkal kemerosotan dalam semua aspek saat ini. Bagaimana kita menjadi pribadi unggul, jika kita malas. Kredibilitas, integritas dan komitmen dibangun atas dasar ketekunan dan kinerja yang tidak malas-malasan. Anak sekolahnya malas sekolah, yang bekerja juga malas bekerja hingga korupsi waktu dan demikian juga orang tua, malas untuk berbuat lebih dalam mendidik generasi penerusnya. Akhirnya karena kita malas, seringkali kita tampil di depan umum, di depan khalayak ramai, dengan penampilan seadanya. Imbasnya di mata dunia pun kita menjadi bangsa yang seadanya, pelengkap penderitaan saja.
Masalah kedua adalah bangsa kita juga terlalu serakah, sampai-sampai karena ketidaksabaran kita untuk sukses (serakah) membuat bangsa kita menjadi bangsa yang korup. Mentalitas serakah inilah yang menyebabkan banyaknya korupsi di negara ini. Kita semua kurang paham prinsip bahwa keberhasilan itu tidak dibangun dalam sekejap. Semuanya bermental seperti Roro Jonggrang yang pengennya membangun candi dalam waktu singkat langsung jadi. Mental mencari jalan singkat dan tidak benar inilah yang akhirnya membawa kita dalam kondisi seperti saat ini. Padahal kita yakin benar dengan slogan, No Pain, No Gain, tanpa ada penderitaan tidak akan ada keberhasilan.
Ujung-ujungnya jelas, karena serakah, persatuan dan kesatuan bangsa serta Ukhuwah Islamiyah pun menjadi tidak ada artinya. Gimana ada artinya kalau setiap pribadi menginginkan yang terbaik hanya untuk dirinya sendiri-sendiri tanpa ada kepedulian untuk menolong sesama (semua gue). Padahal dengan adanya persatuan dan kesatuan bangsa lah kita bisa menjadi bangsa yang disegani, dihormati dan diapresiasi secara lebih tinggi oleh bangsa lain.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mencari solusi terbaik yang bisa menghilangkan 2 permasalahan diatas. Agar bangsa kita dan umat Muslim tidak dipandang sebelah mata. Kita bisa menjadi pribadi unggul, seperti contoh Rasulullah, sahabatnya dan para pendiri bangsa ini. Solusi terbaik menurut diri ini adalah dengan menghindari atau menghilangkan sama sekali dari diri kita 2 permasalahan diatas. Islam jaya selama 10 abad karena memiliki pribadi-pribadi unggul, demikian juga bangsa kita ini, dihormati dan disegani dunia dulu karena mempunyai singa-singa diplomasi. Mari kita kembalikan fitrah kita sebagai umat terbaik yang sudah digariskan Allah SWT dalam Al-Qur'an.
(ditulis sambil terus bersemangat menjadi pribadi unggul, agar dalam hidup setidaknya bisa memaknai dengan makna yang baik dan dikenang atas contoh-contoh perbuatan baik yang telah kita lakukan)
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mencari solusi terbaik yang bisa menghilangkan 2 permasalahan diatas. Agar bangsa kita dan umat Muslim tidak dipandang sebelah mata. Kita bisa menjadi pribadi unggul, seperti contoh Rasulullah, sahabatnya dan para pendiri bangsa ini. Solusi terbaik menurut diri ini adalah dengan menghindari atau menghilangkan sama sekali dari diri kita 2 permasalahan diatas. Islam jaya selama 10 abad karena memiliki pribadi-pribadi unggul, demikian juga bangsa kita ini, dihormati dan disegani dunia dulu karena mempunyai singa-singa diplomasi. Mari kita kembalikan fitrah kita sebagai umat terbaik yang sudah digariskan Allah SWT dalam Al-Qur'an.
(ditulis sambil terus bersemangat menjadi pribadi unggul, agar dalam hidup setidaknya bisa memaknai dengan makna yang baik dan dikenang atas contoh-contoh perbuatan baik yang telah kita lakukan)
0 komentar:
Posting Komentar